


Nonton Film Sah! Katanya… Sub Indo | REBAHIN
Nonton Film Sah! Katanya… – Walaupun jumlah penontonnya termasuk flop selama masa penayangannya, Sah! Katanya… mendapatkan penerimaan yang cukup baik sebagai sebuah film komedi. Karya terbaru dari sutradara Loeloe Hendra Komara ini menghadirkan dua suasana kontras dengan jarak satu malam yang mengingatkan saya pada salah satu adegan dari 1 Imam 2 Makmum. Yakni ketika pemeran utamanya menggelar akad nikah di depan jenazah orang tuanya. Situasi melaksanakan pernikahan karena wasiat tersebut dikemas dengan humor yang agak sulit untuk dinikmati setiap orang, tetapi tetap memuat sebuah bahasan berbobot tentang memilih pasangan hidup.
Film ini menggambarkan suasana kontras yang harus dialami Marni (Nadya Arina) dalam kurun waktu dua hari dan satu malam. Di pagi hari keluarganya mendadak mengadakan khitanan untuk keponakannya. Kemudian, sore harinya sang ayah, Dipo (Landung Simatupang) dikabarkan meninggal karena sakit. Dipo meninggalkan wasiat bagi keluarganya untuk menikahkan Marni dengan lelaki pilihannya, Marno (Dimas Anggara) sebelum jenazahnya dimakamkan. Permintaan terakhir sang ayah tentu tidak mudah dipenuhi oleh Marni, yang pada hari itu justru berniat memperkenalkan sang kekasih, Adi (Calvin Jeremy) kepada keluarganya.
Ekstremnya situasi pada filmnya dikemas dengan guyonan khas tongkrongan, terutama di babak pertamanya. Elemen humor yang dibawakan tidak akan cocok bagi semua penonton, termasuk saya. Situasi seperti alasan keponakan Marni harus dikhitan mendadak atau kegagalan Adi untuk memperkenalkan diri pada Dipo gagal mengundang tawa karena terlampau konyol. Formula komedi yang kontradiktif seperti ketika salah satu karakternya memberikan pengumuman penting kepada kakak-kakak Marni atau warga setempat pun tidak sepenuhnya jenaka karena digunakan lebih dari sekali. Namun, memang perlu diakui bahwa Loeloe beserta Dirmawan Hatta dan Sidharta Tata cukup kreatif dalam menyelipkan situasi komedi dalam suasana duka sekalipun. Yang paling tampak adalah cara naskahnya dalam memperkenalkan ketiga kakak dari Marni dengan sisi konyolnya masing-masing. Secara berurutan, dalam konteks pulang demi melihat jasad sang ayah untuk terakhir kalinya.
Narasinya yang jarang serius di paruh pertama filmnya bisa mengundang rasa jenuh. Karena konfliknya seolah tidak tahu bagaimana akan diselesaikannya. Untungnya, bahasan tentang perjodohan yang harus dialami Marni dibuat lebih berbobot sejak karakter Marno diperkenalkan. Saya cukup nyaman mengikuti alurnya yang menempatkan Marni dan Marno punya kesempatan untuk bicara dari hati ke hati, pun pertemuan antara Adi dan Marno yang tersaji dalam situasi tidak panas tetapi membuat karakternya bisa bertutur sejujur mungkin. Disamping pemikiran untuk memenuhi keinginan terakhir sang ayah, Marni pun bisa dibuat terbuka untuk benar-benar menentukan sosok lelaki yang lebih baik untuknya. Baik Adi, Marni, maupun Marno sama-sama menunjukkan sikap untuk siap berkorban.
Babak ketiganya memperluas lapisan konfliknya, yang semula tentang pilihan hidup Marni menjadi turut mengungkap permasalahan keluarga yang pelan-pelan diungkap naskahnya. Maka konflik familiar tentang beban anak bungsu pun dipaparkan, dalam kondisi semua kakaknya sudah memiliki kehidupan sendiri. Sebagai aktris, Nadya tampil cukup berenergi dan emosional. Namun, luapan emosi yang dihantarkan pada penontonnya kurang berasa. Alasannya lebih karena naskahnya kurang menggali beban hutang yang dimiliki keluarga Marni, yang menjadi motif sejati akan perjodohan Marni dengan Marno.
Jangan lupa untuk selalu cek Film terbaru kami di REBAHIN.